Polytron W7550 lite


Setelah bosan memakai yang mini (tepatnya mata saya makin lama makin terasa pedas memandangi layar mini ber-resolusi rendah) kembali saya beralih ke ponsel berukuran layar 5.5″. Meski resolusi layarnya sekedar qHD alias 540×960 pixels, bagi saya cukup nyaman untuk dipandang berlama-lama. Sensitivitas terhadap sentuhan baik dalam arti cukup peka tanpa berlebihan. Tak ada gejala aneh utamanya saat harus mengetik cepat seperti pada beberapa ponsel murah merk lain.

Ponsel pilihan saya kali ini adalah Polytron W7550 lite dengan warna casing biru gelap yang menurut saya cukup elegan. Material casing juga tak licin dipegang, satu hal yang yang saya rasakan membuat cukup nyaman dalam penggunaan sehari-hari, terutama mengingat dimensinya yang cukup besar.

Ponsel ini diotaki prosesor quadcore dan memiliki RAM 1GB. Spek tipikal untuk ponsel kelas menengah bawah saat ini. Performa sehari-hari lumayan. Untuk sekedar berjejaring sosial dan game ringan macam ‘Little Big City’ tidak ada kendala maupun gejala lag. Tak ada acara force close mendadak yang mengganggu. Free Ram biasanya berkisar 200-300 MB-an pada pemakaian normal. Setelah saya root dan saya instal greenify, buangin apps bawaan, free RAM berkisar 350 MB-an ke atas. Cukup lumayan mengingat sebelum ini saya sempat menggunakan Redmi 1s dan free Ram-nya sering sekali tinggal 150 MB-an atau bahkan di bawah 100 MB. OS kitkat 4.4.2 dengan UI standar nyaris tanpa personalisasi dari pihak Polytron. Hanya pada launcher ada 2 pilihan theme : yang satu dengan icon-icon standar bawaan android, satu lagi dengan icon ala touchwiz-nya Samsung. Tak masalah bagi saya, justru menurut saya yang seperti ini biasanya lebih ringan daripada ponsel dengan tampilan meriah semacam Xiaomi yang terasa berat untuk penggunaan sehari-hari.

Beralih ke sektor multi media ada kamera 5 MP dengan autofocus dan lampu flash di belakang dan 2 MP fixed focus di depan. Kualitasnya lumayan saja. Tidak terlalu bagus maupun jelek sangat. Untuk sekedar foto-foto untuk keperluan jejaring sosial sudah cukup bagus.

Namun ada satu kelemahan ponsel ini yang sangat fatal menurut saya yaitu baterainya. Berkapasitas 1900 mAh sepertinya kurang untuk ponsel berlayar 5.5″ meski dengan resolusi rendah. Untuk pemakaian standar jejaring sosial dan sedikit gaming baterai ponsel ini hanya bisa bertahan antara 6 hingga 8 jam. Kelemahan-kelemahan lain tak terasa semengganggu kelemahan dalam hal ketahanan baterai ini. Apa gunanya performa bagus bila sebentar-sebentar harus mencari colokan listrik?

Polytron C283 : ponsel 200 ribuan bisa Whatsapp


Ponsel seharga duaratus ribu rupiahan bisa Whatsapp? Ponsel android murah kah? Atau Nokia S40?

Samasekali bukan. Polytron C283 hanyalah sebuah feature phone biasa tanpa OS terbuka layaknya ponsel pintar. Bahkan mobile java application pun tak bisa diinstal di ponsel ini. Lalu bagaimana ponsel ini bisa menyematkan fitur Whatsapp ? Entahlah. Mungkin ponsel ini memiliki sistem atau OS khusus yang tak banyak diketahui awam. Setidaknya fungsi Whatsapp yang menjadi jualan utama ponsel ini bisa berjalan cukup lancar (asal jangan pakai kartu sim indosat seperti saya, yang dijamin lemot) meski dengan fitur berkesan seadanya, asal terhubung saja. Di luar dukungan Whatsapp ponsel ini memiliki sejumlah fitur khas ponsel lokal eks tiongkok seperti analog TV (yang sayangnya penerimaannya tak begitu bagus), music player, kamera, bluetooth, ebook reader, video player yang bisa memainkan file berekstensi flv dan lain sebagainya. Untuk koneksi internet ponsel ini hanya mendukung jaringan GPRS. Sayang sekali karena browser bawaan ponsel ini sebetulnya cukup bagus dalam menampilkan berbagai situs web, namun dengan kecepatan jaringan GPRS  bisa dibayangkan betapa lemotnya untuk membuka satu halaman web yang kompleks.

Oya di antara menu tersemat sebuah icon bertuliskan ‘application’. Saat dibuka ini dimaksudkan sebagai semacam application manager untuk memantau aplikasi yang sedang berjalan. Agak aneh menurut saya karena aplikasi yang bisa berjalan dibackground sepertinya hanya music player dan radio. Apa perlunya membuat satu task manager khusus hanya untuk memantau dua aplikasi yang tak terlalu berguna itu? Entahlah. Sepertinya ponsel ini masih menyimpan banyak misteri yang harus diekplorasi lebih lanjut. Secara tampilan menu dan antarmuka C283 ini sedikit mengingatkan pada Nexian Cappucino dengan menu utama terbagi beberapa halaman yang bisa diganti-ganti efek peralihan antar halamannya. Namun Nexian Cappucino tentu masih jauh di atas ponsel ini karena dia mendukung instalasi aplikasi java, dan memiliki banyak elemen yang mirip dengan android seperti widget di layar standby dan lain-lain, sedangkan C283 ini masih terbilang sangat sederhana. Sejauh ini yang saya ketahui tentang Polytron C283 hanyalah bahwa ponsel ini menggunakan chip Spreadstrum sc6531.

polytron rocket s2350


OS android 2.3.6 (sampai saya jual belum ada kabar update OS baik resmi maupun tak resmi).–>

Camera 2mp –> parah, penuh bercak seperti lukisan cat air, nyaris tiada detail.

Suara–>lumayan, bisa diakali dg player pihak ketiga.

performa–>memory internal sangat kecil, setelah instal beberapa aplikasi sosial media langsung ada peringatan low memory dan tak bisa instal apa2 lagi.

layar–>3.5″ resolusi 320×480 cukup bagus mengingat harganya yg sangat murah

body–>sangat glossy, licin dipegang, tak ada case khusus utk seri ini tp bisa diakali dg menggunakan jellycase utk samsung galaxy ace 2 (letak lubang2 utk earphone dll tidak pas, hanya letak camera yg sama)

root–> agak susah, musti melalui proses flashing, silakan gabung grup pembahasannya di facebook

Custom rom–>sepertinya belum ada (setidaknya ga ada yg ok 😀 )

batere–>bertahan dari pagi hingga sore pulang kerja (jam kantor)

polytron c200


mendengar merk polytron yang terbayang di benak adalah TV, kulkas atau alat elektronik rumah tangga lainnya. tapi sudah beberapa tahun terakhir ini merk ini meluncurkan juga telepon selular.

kali ini lagi-lagi kebutuhan akan ponsel cadangan membuat saya melirik polytron c200. pertimbangan saya dalam memilih hanya bentuk yang kecil praktis (kalo bisa candybar dengan numpad klasik), kapasitas penyimpanan sms yg tidak terlalu kecil dan yang paling penting adalah harganya MURAH!

polytron harganya bisa dibilang (relatif) sangat murah, hanya 199 ribu rupiah pada saat saya membelinya. walau berharga semurah itu ternyata fiturnya tak hanya sekedar untuk telpon dan sms saja. ada kamera vga yang kualitasnya lumayan, music dan video player yang cukup ampuh memainkan video (setidaknya dibandingkan blackberry seri 85xx ke bawah yg rewel memutar file video), ada wap browser untuk berinternet (meski kurang nyaman karena hanya bisa membuka situs-situs versi mobile sederhana), ebook reader, senter di kepala ponsel, kemudahan untuk mem-backup dan restore kontak dan sms, manajemen panggilan seperti blacklist dan berbagai fitur standar lainnya.

dengan built quality yang cukup kokoh dan tak berkesan murahan, lalu layar 2.4″ yang lumayan jernih rasanya ponsel ini cukup layak bila dibandingkan dengan harganya yang sangat terjangkau.